Meningitis
Meningitis adalah infeksi pada meningen, yaitu
selaput tipis yang membungkus otak dan
jaringan saraf tulang belakang. Bermacam
macam bakteri, virus, dan juga protozoa bisa
meyebabkan terjadinya meningitis ini.
Meningitis karena infeksi bakteri biasanya
berlangsung secara akut dengan gejala-gejala
seperti sakit kepala, otot leher yang kaku ( lebih
dari 90% menunjukan gejala ini), rasa mual,
muntah dan photophobia (sekitar 75%).
Dari Gejala awal ini bisa di ikuti oleh rasa pusing
yang berat sampai terjadinya koma.
Meningitis akut bisa berlanjut tanpa disadari ke
meningitis kronis dan juga radang otak
(ensefalitis). Secara klinis definisi “kronis” dalam
hal ini berarti berlangsung lebih dari 4 minggu.
Meningitis kronis bisa berlangsung selama
beberapa minggu sampai bulanan yang selalu di
ikuti dengan peradangan otak.Terjadinya
peradangan otak ( Ensefalitis) bisa di liat dari
gejala pasien yang tidak berorientasi, Stupor,
kejang-kejang, dan koma.
Metode untuk mengetahui kekakuan otot leher
adalah bisa di uji dengan tanda kernig (kernig´s
sign) atau tanda brudzinski ( brudzinski´s sign).
Metode yang paling gampang buat anak-anak
dengan cara meyuruh mencoba mencium
lututnya sendiri dalam keadaan duduk.
Menguji tanda Kernig : Pasien berbaring
menghadap keatas. Salah satu paha di lekuk
kearah perut/abdomen.Tanda kernig positif bila
lutut di coba di luruskan dan pasien merasa
kesakitan.( gambar kiri)
Menguji tanda Brudzinski : Jika pasien dalam
keadaan berbaring di bungkukkan lehernya ke
arah dada, pasien akan ssecara spontan
melekukkan lututnya juga ke atas.(gambar
kanan)
Bakteri :
Neisseria meningitidis (Anak dan
remaja),
Streptococcus pneumoniae ( Orang
dewasa ),
Haemophilus influenzae (Anak di bawah
4 tahun, karena ada vaksin Hib
meningitis tipe ini menjadi jarang),
Streptococcus agalactiae (Bayi yang baru
lahir) ,
Listeria monocytogenes (Pada bayi ato
dewasa dgn Umur > 50) ,
Mycobacterium tuberculosis
(Tuberkulosa) ,
Borrelia burgdorferi (Neuroborreliosis) .
Virus :
Enterovirus , terutama Virus Echo dan
Coxsacki
Virus penyebab benguk ( mumps virus)
Virus Herpes
HIV
Untuk diagnosa sebaiknya terlebih dahulu
membedakan kuman penyebab infeksi antara
bakteri, virus atau protozoa. Karena protozoa
sebagai penyebab jarang terjadi ada baiknya
cuma membedakan antara bakteri dan virus
karena berpengaruh atas tingkat akutnya
penyakit dan komplikasi yang bisa muncul.
Bacterial meningitis
Faktor predisposisi untuk jenis bakteri tertentu
bisa digolongkan dalam umur pasien, dan fakto2
lainnya sbb:
Bayi dibawah umur < 6 minggu : E. coli,
Streptokokkus agalactiae (streptokokkus
Grup B) , Listeria monocytogenes
Bayi dgn umur > 6 minggu, Anak, -anak,
Remaja, Dewasa : Neisseria meningitidis,
Streptokokkus pneumoniae, (hemofilus
influenzae).
Dewasa > 50 thn atau pasien yang
mempunyai sakit bawaan tertentu spt
diabates : Streptokokkus pneumoniae,
Neisseria meningitidis, Listeria
monocytogenes.
Post-trauma(setelah kecelakaan) ,
sesudah operasi, shunt : Stafilokokkus
aureus, Stafilokokkus epidermidis, dan
basil gram negatif lainnya.
Klinis
Pada awalnya muncul demam, sakit kepala,
pening, myalgia(otot2 terasa pegal), dan
muntah-muntah(sekitar30%). Setelah itu diikuti
dengan kekakuan otot leher. Untuk bayi di
bawah satu tahun tidak menunjukan gejala kaku
otot ini jadi bisa memperlambat atau bahkan
salah mengdiagnosa.
Mayoritas pasien menunjukkan tanda tanda
terjadinya sepsis, yang dalam waktu singkat bisa
meningkat menjadi shock anapilaktik atau
edema otak. Dalam tahap ini angka letalitas
meningkat menjadi 40%, sekitar 30% dari pasien
yang lewat dari tahapan ini meninggalkan
gangguan permanen seperti kerusakan syaraf
dan penurunan inteligensi.
Prognosis
Meningitis yang disebabkan oleh neisseria lebih
mudah diterapi dan bisa sembuh total tanpa
meninggalkan gangguan tambahan, sementara
oleh pneumokokkus atau streptokokkus grup b
pada bayi lebih sulit dan ganguan yang fatal
seperti kelumpujan
Diagnosis
Dalam mendiagnosa Meningitis hasil lumbal
puncture (LP, pungsi lumbal) sangat
menentukan. Hal ini bukan saja bisa ditentukan
apakah infeksi terjadi karena bakteri atau virus
tetapi juga prognosis infeksi bisa terlihat.
Hasil LP
Secara makroskopis hasil LP sedikit memberikan
gambaran akan infeksi..Liquor yang keruh
menunjukkan infeksi bakteri,sedangkan jernih
karena virus.
Liquor
Bakteri Virus
Leukosit(sel darah putih) 1000 – 5000
sel/ul 25 – 500 sel/ul
Protein 100 –
500 mg/dl 20 – 80 mg/
dl
Glukosa < 40
mg/dl > 40 mg/
dl
Laktat >35
mg/dl 10 – 20
mg/dl
Jika jumlah leukosit tetap rendah ( < 20/ul )
dibanndingkan dengan jumlah bakteri, maka
prognosis infeksi tergolong buruk. Dalam banyak
kasus, yaitu sekitar 60 sampai 90% hasil
pemeriksaan mikroskop hasil LP sudah bisa
menjelaskan/mendiagnosis penyebab meningitis.
Oleh karena itu, pemeriksaan ini sangat penting
di lakukan.
Selain pemeriksaan mikroskopis, hasil liquor di
gunakan untuk membuat kultur bakteri. Dengan
demikian bisa terdeteksi dengan jelas tipe
bakteri dan pembuatan antibiogram.
Terapi
Setelah LP dan pemeriksaan di bawah
mikroskop, terapi harus sesegera mungkin
dilakukan karena proses keterlambatan akan
semakin memperburuk keadaan pasien dan
prognosisnya serta komplikasi yang mungkin
timbul semakin besar.
Pemberian antibiotik dengan spektrum luas atau
kombinasi beberapa antibiotik yang bertujuan
untuk mematikan hampir semua macam2
bakteri penyebab meningitis sangatlah di
anjurkan. Terapi bisa berorientasi dengan umur
dan status immun pasien.
Skema terapi untuk meningitis akut sbb:
Generasi ke-3 Cephalosporine
( Cefotaxim atau Ceftriaxon) +
Ampisilin ( karena Listeria
monocytogenes resisten terhadap
Cephalosporine) +
Aminoglikosida ( untuk menekan sintesis
protein dari bakteri, dengan demikian
terapi sinergis) +
( Deksametason, bertujuan untuk
menekan proses infeksi dan menghindari
komplikasi tambahan,seperti
kelumpuhan) +
( Asiklovir, bila Dokter curiga meningitis
di sebabkan virus herpes simplex)
Pengobatan dengan antibiotik beta laktam
seperti penisilin tidak di anjurkan karena
seringnya antibiotik jenis ini di resepkan sangat
mempenagruhi tingkat senstifnya bakteri
terhadap obat bahkan bisa terjadi resisten obat.
Dalam keadaan sehat, konsentrasi obat yang
masuk ke liquor ( cairan otak dan sumsum
tulang belakang) sangatlah rendah, berkisar 0,5
– 2 % dari konsentrasi obat di serum. Pada saat
terjadi infeksi terjadi peningkatan hingga 30 – 40
% , tetapi segara turun kembali setelah proses
infeski berakhir. Karena itu; Setiap terapi
bacterial meningitis harus diikuti dengan
pengobatan antibiotik dalam dosis yang
maksimal
Meningitis adalah infeksi pada meningen, yaitu
selaput tipis yang membungkus otak dan
jaringan saraf tulang belakang. Bermacam
macam bakteri, virus, dan juga protozoa bisa
meyebabkan terjadinya meningitis ini.
Meningitis karena infeksi bakteri biasanya
berlangsung secara akut dengan gejala-gejala
seperti sakit kepala, otot leher yang kaku ( lebih
dari 90% menunjukan gejala ini), rasa mual,
muntah dan photophobia (sekitar 75%).
Dari Gejala awal ini bisa di ikuti oleh rasa pusing
yang berat sampai terjadinya koma.
Meningitis akut bisa berlanjut tanpa disadari ke
meningitis kronis dan juga radang otak
(ensefalitis). Secara klinis definisi “kronis” dalam
hal ini berarti berlangsung lebih dari 4 minggu.
Meningitis kronis bisa berlangsung selama
beberapa minggu sampai bulanan yang selalu di
ikuti dengan peradangan otak.Terjadinya
peradangan otak ( Ensefalitis) bisa di liat dari
gejala pasien yang tidak berorientasi, Stupor,
kejang-kejang, dan koma.
Metode untuk mengetahui kekakuan otot leher
adalah bisa di uji dengan tanda kernig (kernig´s
sign) atau tanda brudzinski ( brudzinski´s sign).
Metode yang paling gampang buat anak-anak
dengan cara meyuruh mencoba mencium
lututnya sendiri dalam keadaan duduk.
Menguji tanda Kernig : Pasien berbaring
menghadap keatas. Salah satu paha di lekuk
kearah perut/abdomen.Tanda kernig positif bila
lutut di coba di luruskan dan pasien merasa
kesakitan.( gambar kiri)
Menguji tanda Brudzinski : Jika pasien dalam
keadaan berbaring di bungkukkan lehernya ke
arah dada, pasien akan ssecara spontan
melekukkan lututnya juga ke atas.(gambar
kanan)
Bakteri :
Neisseria meningitidis (Anak dan
remaja),
Streptococcus pneumoniae ( Orang
dewasa ),
Haemophilus influenzae (Anak di bawah
4 tahun, karena ada vaksin Hib
meningitis tipe ini menjadi jarang),
Streptococcus agalactiae (Bayi yang baru
lahir) ,
Listeria monocytogenes (Pada bayi ato
dewasa dgn Umur > 50) ,
Mycobacterium tuberculosis
(Tuberkulosa) ,
Borrelia burgdorferi (Neuroborreliosis) .
Virus :
Enterovirus , terutama Virus Echo dan
Coxsacki
Virus penyebab benguk ( mumps virus)
Virus Herpes
HIV
Untuk diagnosa sebaiknya terlebih dahulu
membedakan kuman penyebab infeksi antara
bakteri, virus atau protozoa. Karena protozoa
sebagai penyebab jarang terjadi ada baiknya
cuma membedakan antara bakteri dan virus
karena berpengaruh atas tingkat akutnya
penyakit dan komplikasi yang bisa muncul.
Bacterial meningitis
Faktor predisposisi untuk jenis bakteri tertentu
bisa digolongkan dalam umur pasien, dan fakto2
lainnya sbb:
Bayi dibawah umur < 6 minggu : E. coli,
Streptokokkus agalactiae (streptokokkus
Grup B) , Listeria monocytogenes
Bayi dgn umur > 6 minggu, Anak, -anak,
Remaja, Dewasa : Neisseria meningitidis,
Streptokokkus pneumoniae, (hemofilus
influenzae).
Dewasa > 50 thn atau pasien yang
mempunyai sakit bawaan tertentu spt
diabates : Streptokokkus pneumoniae,
Neisseria meningitidis, Listeria
monocytogenes.
Post-trauma(setelah kecelakaan) ,
sesudah operasi, shunt : Stafilokokkus
aureus, Stafilokokkus epidermidis, dan
basil gram negatif lainnya.
Klinis
Pada awalnya muncul demam, sakit kepala,
pening, myalgia(otot2 terasa pegal), dan
muntah-muntah(sekitar30%). Setelah itu diikuti
dengan kekakuan otot leher. Untuk bayi di
bawah satu tahun tidak menunjukan gejala kaku
otot ini jadi bisa memperlambat atau bahkan
salah mengdiagnosa.
Mayoritas pasien menunjukkan tanda tanda
terjadinya sepsis, yang dalam waktu singkat bisa
meningkat menjadi shock anapilaktik atau
edema otak. Dalam tahap ini angka letalitas
meningkat menjadi 40%, sekitar 30% dari pasien
yang lewat dari tahapan ini meninggalkan
gangguan permanen seperti kerusakan syaraf
dan penurunan inteligensi.
Prognosis
Meningitis yang disebabkan oleh neisseria lebih
mudah diterapi dan bisa sembuh total tanpa
meninggalkan gangguan tambahan, sementara
oleh pneumokokkus atau streptokokkus grup b
pada bayi lebih sulit dan ganguan yang fatal
seperti kelumpujan
Diagnosis
Dalam mendiagnosa Meningitis hasil lumbal
puncture (LP, pungsi lumbal) sangat
menentukan. Hal ini bukan saja bisa ditentukan
apakah infeksi terjadi karena bakteri atau virus
tetapi juga prognosis infeksi bisa terlihat.
Hasil LP
Secara makroskopis hasil LP sedikit memberikan
gambaran akan infeksi..Liquor yang keruh
menunjukkan infeksi bakteri,sedangkan jernih
karena virus.
Liquor
Bakteri Virus
Leukosit(sel darah putih) 1000 – 5000
sel/ul 25 – 500 sel/ul
Protein 100 –
500 mg/dl 20 – 80 mg/
dl
Glukosa < 40
mg/dl > 40 mg/
dl
Laktat >35
mg/dl 10 – 20
mg/dl
Jika jumlah leukosit tetap rendah ( < 20/ul )
dibanndingkan dengan jumlah bakteri, maka
prognosis infeksi tergolong buruk. Dalam banyak
kasus, yaitu sekitar 60 sampai 90% hasil
pemeriksaan mikroskop hasil LP sudah bisa
menjelaskan/mendiagnosis penyebab meningitis.
Oleh karena itu, pemeriksaan ini sangat penting
di lakukan.
Selain pemeriksaan mikroskopis, hasil liquor di
gunakan untuk membuat kultur bakteri. Dengan
demikian bisa terdeteksi dengan jelas tipe
bakteri dan pembuatan antibiogram.
Terapi
Setelah LP dan pemeriksaan di bawah
mikroskop, terapi harus sesegera mungkin
dilakukan karena proses keterlambatan akan
semakin memperburuk keadaan pasien dan
prognosisnya serta komplikasi yang mungkin
timbul semakin besar.
Pemberian antibiotik dengan spektrum luas atau
kombinasi beberapa antibiotik yang bertujuan
untuk mematikan hampir semua macam2
bakteri penyebab meningitis sangatlah di
anjurkan. Terapi bisa berorientasi dengan umur
dan status immun pasien.
Skema terapi untuk meningitis akut sbb:
Generasi ke-3 Cephalosporine
( Cefotaxim atau Ceftriaxon) +
Ampisilin ( karena Listeria
monocytogenes resisten terhadap
Cephalosporine) +
Aminoglikosida ( untuk menekan sintesis
protein dari bakteri, dengan demikian
terapi sinergis) +
( Deksametason, bertujuan untuk
menekan proses infeksi dan menghindari
komplikasi tambahan,seperti
kelumpuhan) +
( Asiklovir, bila Dokter curiga meningitis
di sebabkan virus herpes simplex)
Pengobatan dengan antibiotik beta laktam
seperti penisilin tidak di anjurkan karena
seringnya antibiotik jenis ini di resepkan sangat
mempenagruhi tingkat senstifnya bakteri
terhadap obat bahkan bisa terjadi resisten obat.
Dalam keadaan sehat, konsentrasi obat yang
masuk ke liquor ( cairan otak dan sumsum
tulang belakang) sangatlah rendah, berkisar 0,5
– 2 % dari konsentrasi obat di serum. Pada saat
terjadi infeksi terjadi peningkatan hingga 30 – 40
% , tetapi segara turun kembali setelah proses
infeski berakhir. Karena itu; Setiap terapi
bacterial meningitis harus diikuti dengan
pengobatan antibiotik dalam dosis yang
maksimal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar