Label

Jumat, 11 Desember 2015

memberikan komentar

A . Mengomentari Pendapat Narasumber
Menurut saya, sudah zamannya bila wanita-wanita di Indonesia
saat ini memainkan peran sejajar dengan kaum pria. Kalau tidak
sekarang, kapan lagi? Bukankah saat ini telah banyak kaum
perempuan yang menduduki posisi penting dalam
pemerintahan. Misalnya, sebagai bupati, gubernur, menteri,
bahkan ada juga yang pernah menjadi presiden.
Apakah kalian sependapat dengan narasumber tersebut? Atau
kalian berbeda pendapat dengan narasumber? Baiklah, kalian
tidak perlu khawatir. Berbeda pendapat adalah hal biasa dalam
alam demokrasi ini. Hal yang tidak boleh terjadi adalah
perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perpecahan di
antara kita. Sebagai contoh, kalian mungkin akan memberikan
komentar atas pendapat narasumber di atas seperti di bawah
ini.
Komentar bagi yang sependapat.
Hal yang disampaikan narasumber tersebut benar. Kaum
perempuan di Indonesia tak boleh lagi hanya sebagai "orang
belakang". Mereka harus mengambil peran dalam membangun
bangsa ini.
Komentar bagi yang tidak sependapat.
Saya kurang sependapat dengan narasumber. Dia tidak
memikirkan bahwa keterbatasan kaum perempuan akan
menghambat kinerja kaum perempuan itu sendiri. Dengan
begitu, tidak mungkin bila kaum perempuan harus sejajar
dengan kaum pria.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
komentar terhadap narasumber sebagai berikut.
1 . Komentar merupakan opini.
Artinya, komentar yang disampaikan bersifat subjektif, tidak
memaksa orang lain untuk memberikan komentar yang sama.
2 . Argumen yang disampaikan logis.
Artinya, komentar harus didasari alasan yang dapat dicerna
akal.
3 . Komentar bukan karena suka atau tidak suka.
Artinya komentar yang diberikan bukan sekadar “asal tidak
sependapat." Begitu pula bukan karena adanya permasalahan
pribadi dengan narasumber.
B. Melaporkan Peristiwa
Dalam bidang pekerjaan jurnalistik atau pekerjaan yang
berkaitan dengan masalah pemberitaan, kita mengenal profesi
reporter. Kata reporter merupakan serapan dari bahasa asing
yang artinya pelapor atau orang yang melaporkan. Profesi
reporter ini bukan dominasi kaum pria saja, melainkan juga
kaum wanita. Bahkan, seorang reporter sebuah televisi swasta
Indonesia pernah disandera gerilyawan di Irak ketika meliput
berita di sana. Bagaimana? Hebat, bukan? Adakah di antara
kalian yang berminat menjadi seorang reporter? Baiklah, jika
kalian berminat, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
agar dapat menjadi reporter yang baik.
1 . Pengamatan yang teliti.
Ketelitian dan kejelian dalam mengamati peristiwa yang akan
dilaporkan akan menentukan kualitas laporan yang
disampaikan.
2 . Pelaporan yang lengkap.
Apa saja yang harus dilaporkan? Terapkan akronim Asdikamba!
Apa : Peristiwa apa yang hendak dilaporkan.
Siapa : Pelaku atau tokoh yang terlibat dalam peristiwa.
Di mana : Tempat peristiwa yang akan dilaporkan itu terjadi.
Kapan : Waktu terjadinya peristiwa.
Mengapa : Penyebab terjadinya peristiwa.
Bagaimana : Proses peristiwa itu berlangsung.
Dengan bantuan enam kata tanya pelacak itu, diharapkan
laporan yang disampaikan memiliki kualitas yang cukup sebagai
sebuah informasi.
3 . Bahasa laporan yang komunikatif
Laporan disampaikan untuk orang lain. Oleh karena itu, laporan
harus mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.
4 . Penyampaian laporan yang ekspresif
Laporan yang disampaikan secara lisan tidak didukung
penggunaan tanda baca sebagaimana bahasa tulis. Unsur yang
dapat membantu kejelasan laporan adalah penerapan intonasi,
jeda, tempo, dan tekanan yang tepat saat mengucapkan kata-
kata. Selain itu, ekspresi pelapor sebaiknya dapat menarik
perhatian agar pendengar terkonsentrasi mendengarkan
laporan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar