Label

Rabu, 01 Juni 2016

pada lilin yang dibakar terjadi perubahan fisika dan kimia

Ilmu kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu alam yang mempelajari tentang susunan, komposisi, sifat materi dan perubahan materi menjadi bentuk lain serta energi yang menyertai perubahan tersebut.

Perubahan materi itu sendiri dapat dibedakan atas dua, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia.

Perubahan yang tidak menghasilkan zat baru disebut dengan perubahan fisika, perubahan ini di tandai dengan perubahan bentuk dan ukurannya saja, sedangkan jenis dari zat atau materi tersebut tidaklah berubah.

Zat atau materi yang mengalami perubahan secara fisika dapat kembali ke bentuk semula. Contohnya adalah perubahan tempat, wujud, bentuk dan ukuran benda (Syukri, 1999).

Perubahan wujud setiap materi yang berubah wujud karena pengaruh pemanasan akan mempunyai sifat yang sama. Materi tersebut juga dapat di kembalikan ke sifatnya semula.

Perubahan fisika karena perubahan wujud adalah pelelehan, peleburan, pencairan, penguapan, pengembunan, pembekuan, penyubliman, dan terdeposisi.

Sedangakan perubahan yang menghasilkan zat baru yang disertai dengan perubahan sifat, susunan dan struktur yang tidak dapat kembali ke bentuk semula disebut dengan perubahan kimia.

Ciri-ciri yang mengindikasikan adanya perubahan kimia adalah :
Perubahan warna
Perubahan bau
Pembentukan gas
Timbulnya cahaya
Pembentukan endapan baru
Perubahan pH.

Contoh perubahan kimia adalah besi berkarat, kayu terbakar, susu yang menjadi masam, perubahahan warna apel jika di kupas, proses pernafasan, pencernaan makanan dan sebagainya.

Perubahan secara fisika dan kimia banyak terjadi di lingkungan sekitar kita, salah satu contohnya adalah lilin. Nah, Perubahan apakah yang terjadi pada lilin, perubahan secara fisika ataukah perubahan kimia?

Sebagaimana yang kita ketahui lilin merupakan salah satu sumber penerangan yang terdiri atas sumbu yang diselimuti bahan bakar padat.

Lilin yang sering kita gunakan adalah lilin yang terbuat dari paraffin wax.

Paraffin wax (C H ) merupakan salah satu dari alkana (hidrokarbon) yang berwujud padat. Paraffin wax akan meleleh pada suhu 50 sampai 60 C. Paraffin tidak dapat di bakar begitu saja seperti halnya bahan bakar lain (minyak tanah, bensin dll), tetapi paraffin membutuhkan temperatur tertentu dan sumbu.

Prinsip pembakaran pada lilin sama dengan kompor, begitu sumbu lilin menyala, paraffin wax akan mencair.

Dan kemudian di sini akan terjadi fenomena kapilaritas, yaitu naik atau turunnya zat cair pada tabung atau celah dengan diameter yang sangat kecil.

Gejala ini disebabkan karena adanya gaya adhesi atau kohesi antara zat cair dan dinding celah tersebut. Kohesi adalah gaya di antara molekul – molekul dengan jenis yang sama dan adhesi adalah gaya antar molekul yang jenisnya berbeda (Giancoli, 2001).

Panas api menyebabkan cairan wax menguap dan selanjutnya akan bercampur dengan oksigen sehingga terjadi proses pembakaran.

Jika di lihat secara umum, kita akan berpikir bahwa lilin merupakan salah satu perubahan yang terjadi secara fisika.

Kesimpulan ini kita ambil karena lilin berubah bentuk dari padat menjadi cair saat lilin mulai di bakar.

Cairan lilin kembali menjadi padat saat suhu lelehan lilin menjadi dingin.

Perubahahan tersebut termasuk dalam kategori perubahahan fisika karena hanya mengubah bentuk dan wujud lilin saja, dan tidak adanya zat baru yang terbentuk.

Akan tetapi jika kita perhatikan secara lebih teliti, akan terlihat lebih banyak perubahan – perubahan yang terjadi saat lilin mulai di bakar hingga lilin mati.

Untuk menegetahui perubahan apa saja yang terjadi pada lilin, dapat kita amati dari saat lilin mulai dibakar. Saat sumbu lilin dibakar, sumbu akan menyala dan saat suhu sudah mulai naik mendekati titik leleh paraffin, maka paraffin akan mulai meleleh.

Ketika suhu cairan lilin mulai menurun, maka lelehan lilin akan mulai mengeras kembali.

Di sini akan terjadi perubah wujud dari padat menjadi cair dan perubahan bentuk dari silinder menjadi tidak beraturaan.

Lilin padat yang dibakar tidak semuanya berubah menjadi cair, hal ini dapat di buktikan dengan perbedaan massa lilin sebelum dan sesudah di bakar. Padatan lilin yang berbentuk silinder akan lebih banyak dari pada padatan lilin setelah di bakar.

Sesuai dengan hukum kekekalan massa yang di temukan oleh Lavoiser pada tahun 1774. Dimana Lavoiser memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup. Dengan menimbang secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu tidak terjadi perubahan massa.

Ia mengemukakan pernyataan yang disebut dengan hukum kekekalan massa, yang berbunyi : Pada reaksi kimia, masssa zat pereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi.

Dengan kata lain dapat dinyatakan : Materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan (Syukri, 1999).

Dari perbedaan massa lilin sebelum dan sesudah di bakar dapat kita ketahui bahwa paraffin padat yang terbakar juga mengalami penguapan.
Proses pebakaran lilin akan mengahasilkan cahaya dan energi panas. Pembakaran ini juga menghasilkan gas dan asap yang terbang keudara. Gas yang dihasilkan adalah gas karbon dioksida (CO ).

Jadi dapat di simpulkan bahwa pada lilin terjadi perubahan fisika dan juga perubahan kimia.

Perubahan fisika pada lilin terlihat dari perubahan bentuk lilin, sebelum di bakar lilin berbentuk silinder dan setelah di panaskan menjadi tidak beraturan. Serta perubahan lilin dari bentuk padat menjadi cair dan kembali menjadi padat. Keadaan ini disebut sebagai perubahan fisika karena terjadi perubahan wujud lilin tanpa adanya zat baru yang terbentuk.

Perubahan kimia terlihat dari adanya cahaya dan panas yang di hasilkan dari proses pembakaran lilin, serta terbentunya gas dan asap yang merupakan hasil reaksi antara bahan bakar lilin (paraffin) dengan oksigen yang kemudian menghasilkan gas karbon dioksida.

Perubahan ini disebut perubahan kimia karena terjadi reaksi antara satu materi dengan materi lain yang membentuk materi baru yang bersifat kekal.

Dimana materi yang bereaksi di sini adalah paraffin dan oksigen diudara. Sedangkan materi yang dihasilkan adalah asap yang mengandung CO dan H O, seperti yang terlihat pada persamaan reaksi berikut ini :

2C H + 41O à 40CO + 42H O

Pada reaksi di atas terlihat bahwa hasil pembakaran paraffin hanya menghasilkan CO dan H O, sedangkan lilin yang di bakar juga menghasilkan lilin cair atau lelehan lilin.

Hal ini di sebabkan karena reaksi diatas adalah reaksi sempurna pada pembakaran 2 molekul paraffin, sedangakan lilin terdiri atas banyak molekul dan tidak semua molekul bereaksi dengan oksigen membentuk CO dan H O.

Reaksi pembakaran lilin yang tidak sempurna juga terlihat dari terbentunya asap hitam yang merupakan molekul karbon atau yang sering kita temui sebagai arang.

Jika semua molekul paraffin membentuk CO dan H O, maka pada lilin hanya terjadi perubahan kimia atau tidak ada perubahan fisika yang terjadi.

Karena perubahan fisika pada lilin terletak pada perubahan wujud lilin dari padat menjadi cair dan kembali berwujud padat.

Dari penjelasan yang telah di paparkan di atas, kita tahu bahwa perubahan pada lilin tidaklah sesederhana yang kita pikirkan. Banyak sekali hal – hal kecil yang tidak kita ketahui terjadi di sekitar kita. Semua hal atau materi di sekitar kita ini tidak terlepas dari kimia, dan belajar kimia akan lebih menyenangkan jika kita tahu peranannya dalan kehidupan sehari – hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar