Label

Senin, 27 Juni 2016

pantang menyerah walaupun tidak bisa sekolah lagi

Namaku Tiara, aku gadis berumur 15 tahun. Aku tinggal di Cilacap, Jawa Tengah, tepatnya di salah satu desa terpencil. Aku hidup di keluarga yang kurang mampu. Aku adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Karena itulah aku harus turut prihatin atas keadaan keluargaku.

Kini aku kelas 3 SMP dan telah melaksanakan ujian. Sebelum melaksanakan ujian, orangtuaku bicara padaku bahwa aku tidak bisa melanjutkan sekolahku. Saat itu aku merasa sedih dan berpikir bagaimana nasibku ke depannya. Apalagi sekarang untuk melamar pekerjaan minimal berpendidikan SMA.

Aku sempat merasa kecewa dan berpikir bagaimana caranya agar aku bisa bersekolah lagi. Walaupun misalnya aku mendapatkan bantuan tetap saja percuma. Mana mungkin orangtuaku mampu membelikan fasilitas sekolah seperti laptop, HP Android saja aku tidak punya.
Saat seperti inilah aku meratapi cobaan yang menurutku sangat berat. Sesekali aku menangis di dalam kamar dan mengurung diri. Aku juga sudah pernah mencoba untuk bicara baik-baik pada orangtuaku. Tetapi tetap saja orangtuaku berkata tidak padaku.

Pernah mereka bilang padaku agar aku mau mengikuti kursus menjahit tetapi aku tetap menolaknya. Aku berpikir bahwa aku akan mencoba belajar yang giat agar aku bisa meraih nilai UN terbaik dan mendapat peringkat 1 di sekolahku, siapa tau dengan begitu orangtuaku mau mengusahakan aku agar tetap melanjutkan sekolah.

Setiap hari aku belajar, aku pelajari apa yang aku belum tahu agar esok aku bisa mengerjakan UNku dengan benar. Sampai aku merasa stres dan akhirnya aku jatuh sakit. Tetapi aku tidak putus asa karena masalah itu.

Ketika UN berlangsung aku berdoa pada Tuhan supaya diberi kelancaran ketika UN dan membantuku agar aku bisa mengerjakannya dengan mudah dan benar. Sampai hari terakhirpun aku tetap bersemangat.
Tiba hari pengumuman kelulusan aku datang dengan ibuku dan ternyata aku mendapatkan peringkat 1 dengan nilai Bahasa indonesia 90, Bahasa inggris 85, IPA 87, dan Matematika 95. Aku bersyukur dan sangat senang karena mendapat nilai cukup baik. Akupun langsung bilang ke orang tuaku agar mau mengusahakan agar aku tetap sekolah dan aku pun sangat berharap hal itu bisa terjadi.

Orangtuaku pun menjawab dengan meminta maaf, karena mereka tetap tidak bisa membiayaiku untuk lanjut ke SMA. Mereka menyadarkanku akan ketiga adikku yang masih kecil dan pastinya memerlukan biaya yang cukup besar untuk menyekolahkan mereka bertiga. Aku sempat merasa kecewa dan putus asa.

Tapi setelah kupikir-pikir kata orangtuaku benar juga, dan dengan berat hati aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah dan langsung menerima tawaran orang tuaku untuk kursus menjahit. Tapi aku tidak boleh meremehkan pekerjaan menjahit karena tidak jarang juga orang sukses sebagai penjahit. Apalagi kata ibuku aku pintar matematika dan menggambar oleh karena itu, kedua bakatku itu semoga aja bisa menjadi bekalku nanti untuk menjadi penjahit yang profesional dan sukses.

Supaya dapat membantu kondisi ekonomi keluargaku dan khususnya membahagiakan kedua orangtuaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar