Label

Minggu, 10 Juli 2016

belajar membaca untuk anak tk

 BELAJAR MEMBACA ANAK TK masih merupakan problem dilema di negara kita. Masih menggantung. Pemerintah antara iya dan tidak untuk memperbolehkan adanya kegiatan belajar membaca untuk anak TKdengan beberapa alasan yang mendasar, salah satunya karena kegiatan belajar membaca untuk anak dikhawatirkan dapat menyebabkan anak menjadi stress atau dapat mengurangi daya kreativitas anak.

Sehingga, sebagian besar sekolah-sekolah TK tidak menyelenggarakan kegiatan BELAJAR MEMBACA di sekolahnya. Sedangkan sebagian yang lain menyelenggarakan kegiatan belajar membaca dengan alasan di sekolah SD ada tuntutan siswa harus bisa membaca. Kalaupun memang tidak ada program belajar membaca di sekolah, kerapkali orangtua juga tetap memberikan kegiatan belajar membaca pada anak secara privat di rumah.

Adapun pada sekolah-sekolah SD, pemerintah memberikan kebijaksanaan berupa larangan untuk penyelenggaraan tes membaca bagi calon siswa baru yang akan masuk SD. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit sekolah yang menggunakan tes membaca sebagai standart ujian masuk di sekolahnya. Seakan-akan, anak-anak yang tidak bisa membaca tergolong sebagai anak-anak yang terbelakang, tidak pintar, kurang maju, kurang ilmu pengetahuan, lemot, tertinggal, dan kurang mendapatkan pendidikan. Bahkan, ada yang hingga dikeluarkan dari sekolah. Problemnya sepele: anak tidak bisa membaca.

Di Indonesia, hingga saat ini, 20-30% jumlah anak usia sekolah mengalami kesulitan dalam membaca. Sehingga, banyak orangtua yang merasa resah dan dilema ketika dihadapkan pada persoalan anaknya yang tidak bisa membaca. Di Sidoarjo, malah terdapat sebuah sekolah TK yang keblinger. Di sekolah tersebut diselenggarakan secara intensif kegiatan belajar membaca dengan metode yang tradisional atau METODE BELAJAR MEMBACA konvensional, tanpa diberikan permainan belajar membaca. Metode yang digunakan adalah metode yang tidak ramah, yang tidak membuat anak menjadi senang dan bergembira. Siswa diberi tugas PR hampir setiap hari, pembelajaran secara klasikal mirip seperti aplikasi belajar orang dewasa. Game permainan anaksangat minim. Bahkan tidak ada kegiatan bernyanyi. Kepala sekolahnya menyatakan: “Mau jadi apa anak-anak kalau diajari menyanyi? Mau jadi biduan kah??” Ini adalah hal sangat lucu. Hehehe ….

Sebenarnya problem yang paling utama adalah: belum adanya metode belajar membaca atau cara belajar membaca anak TK yang tepat dan ramah untuk diaplikasikan kepada anak usia dini. CARA BELAJAR MEMBACA UNTUK ANAK TK yang sementara ini diselenggarakan di sekolah-sekolah masih menggunakan metode ala tradisional atau konvensional, atau biasa disebut sebagai: belajar membaca abc. Yakni, anak diajarkan menghapal huruf-huruf alphabet ABCD EFGH IJKLM secara manual, serius, hapalan, tidak menyenangkan, kerapkali menjenuhkan, bersifat paksaan, dan tidak menyenangkan bagi anak.

Metode belajar membaca anak secara tradisional atau metode belajar membaca ala konvensional disinyalir dapat membuat anak hingga orangtua menjadi stress. Bahkan, bisa berdampak pada rusaknya saraf kreativitas anak, lantaran kerapkali metode belajar membaca secara konvensional disampaikan dengan pesan-pesan yang monoton, sangat “otak kiri”, dan terkadang diiringi dengan kata-kata paksaan dan kasar kepada anak.

BELAJAR MEMBACA UNTUK ANAK USIA DINI seharusnya disampaikan dengan metode yang menyenangkan, membuat anak menjadi bergembira, menstimulasi kemauan belajar, dan tidak membuat anak menjadi stress serta monoton. Menurut Glenn Doman: “Anda dapat mengajarkan kepada bayi anda apa pun asalkan anda terlibat dan peduli terhadap potensinya, serta dilakukan dengan cara-cara yang penuh kegembiraan”.

Dunia anak adalah dunia permainan, dunia imajinasi, dunia warna-warni, dunia berkarya, dunia berkreasi. Maka, dalam menyampaikan komunikasi apa pun kepada anak, harus disampaikan dengan cara-cara yang menggembirakan bagi anak. Termasuk dalam hal kegiatan belajar membaca, harus disampaikan dengan cara-cara yang menggembirakan.

Anak-anak membutuhkan alat pembelajaran yang lebih efektif, membutuhkan metode yang dapat menjawab kebutuhan mereka dalam hal cara belajar membaca. Dibutuhkan tools berupa metode efektif yang dibutuhkan oleh orangtua untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar