Label

Minggu, 10 Juli 2016

hubungan belajar membaca dengan peningkatan potensi anak

BELAJAR MEMBACA ANAK HUBUNGANNYA DENGAN
PENINGKATAN POTENSI ANAK
(Menciptakan Generasi yang Cinta Buku dan Cinta Ilmu)

BELAJARMEMBACA.CO.ID | Tahukah anda bahwa seorang anak dapat mulai belajar BAHASA sejak masih bayi, dan pada usia 6 tahun ia dapat mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut pada tingkat lanjut.

Pada usia sekitar 3 tahun anak mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana dan pada usia 6 tahun mengalami ledakan kosa kata lebih dari 10.000 kata. (Cognition, Perception and Language by Dr. William Damon, Professor of Education, Stanford University).

Perlu diketahui, bahwa masa-masa yang paling berpengaruh terhadap kecerdasan manusia adalah ketika manusia masih berada pada tahun-tahun awal kehidupannya, yakni ketika masih menjadi anak-anak. Masa ini disebut sebagai: “Golden Age”. Informasi apapun yang diterima oleh manusia pada masa-masa ini akan berdampak besar bagi kecerdasan manusia itu sendiri. Bahkan, menurut Glenn Doman, seorang bayi akan mampu menguasai 5 hingga 7 bahasa jika terus diperdengarkan kepadanya secara teratur.

Perkembangan kecerdasan manusia sangat pesat saat di tahun-tahun awal kehidupannya. Otak bekerja atas dasar “gunakan, kalau tidak, hilang”. Pada usia 8 bulan, otak manusia memiliki ribuan trilyun jaringan saraf. Kemudian ketika usia manusia menjadi 10 tahun jumlahnya berkurang menjadi 500 trilyun (bahkan bisa kurang dari itu). Pengalaman dan situasi di tahun-tahun awal kehidupan seorang anak sangat berpengaruh terhadap pengurangan jumlah sel saraf tersebut. Semakin diberikan banyak stimulasi pendidikan positif, maka akan berpengaruh untuk membangun pola kecerdasan manusia itu sendiri.

BAGAIMANA PERAN ORANGTUA DALAM MEMAKSIMALKAN POTENSI ANAK?

Perlu diketahui, saat ini perkembangan teknologi sangat luar biasa. Anak usia bayi di zaman ini sudah banyak yang hobi memegang gadget. Kabar buruknya adalah: 71% Guru di AS mengatakan, bahwa kebiasaan anak di depan layar(screen time) saat di rumah menurunkan prestasi mereka di sekolah.

Perlu diketahui pula, bahwa pendapatan terbesar dari penyedia layanan playstore di android adalah lebih dari 80% berasal dari layanan game. Siapakah market dari layanan game-game tersebut? Mereka adalah: anak-anak kita.

Bukanlah bermaksud untuk menyalahkan perkembangan teknologi. Namun, penggunaan teknologi perlu dikendalikan dengan mekanisme dan aturan yang jelas untuk anak-anak kita. Beberapa pakar psikologi menyatakan, bahwa penggunaan gadget dengan tidak ada pola aturan yang jelas terhadap anak-anak akan berdampak terhadap pertumbuhan anak-anak yang akan menjadi manusia-manusia pemalas dan tidak mandiri, manusia-manusia dengan pola pikir serba instan, dan manusia yang anti sosial (tidak peka sosial). Parahnya lagi, akan berdampak kepada pertumbuhan anak-anak dengan kemampuan motorik yang lemah.

Sebagai contoh nyata adalah: sejak pagi buta, ketika anak baru bangun tidur, ia langsung meraih gadget dan tangannya asyik mengusap-usap screen pada gadget dengan asyiknya, bahkan pola seperti ini intensitasnya sangat sering. Tidak jarang pula banyak anak yang hobi bermain gadget sejak pagi hingga malam hari. Demikian terus adanya.

Anak zaman sekarang sudah tidak lagi tahu tentang bagaimana asyiknya bermain kelereng, bermain lempar batu, membuat bola dari tanah liat lalu mengadunya dengan punya kawan, lempar karet, benteng-bentengan, sodor-sodoran, bendan, lempar tekong, perang-perangan, pedang-pedangan, naik pohon kelapa untuk mengejar layang-layang hingga terjerembab ke semak belukar, mengejar garangan, dan lain sebagainya.

“Hal terpenting yang dapat dilakukan orangtua adalah berbicara dan membaca buat anak-anak mereka. Selama tahun-tahun batita dan prasekolah sungguh penting memberi anak kesempatan untuk mengalami berbagai bahasa dan pengalaman membaca.” (G.Reid Lyon,PhD Kepala Cabang Perilaku dan Perkembangan Anak pada Lembaga Nasional untuk Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia).

Hadirlah anda di depan anak anda. Duduklah anda bersamanya. Ayo, sejak anak masih usia dini, ajarkanlah membaca. Ajarkanlah Belajar Membaca. Ajarkanlah memegang buku. Ajarkanlah mencintai buku. Ajarkanlah berpetualang dengan buku. Ajarkanlah menjadi pembaca. Ajarkanlah untuk menjadi manusia-manusia yang cerdas.

Kegiatan Belajar Membaca ketika orangtua hadir dan duduk di dekat anak, atau memangku anak, lalu membukakannya buku, merupakan sebuah pengalaman kebersamaan yang luar biasa, yang mendukung perkembangan emosional anak.

Membacakan buku untuk anak, atau mengajar membaca anak, membentuk mereka menjadi pembaca. Hal itu secara signifikan dapat meningkatkan potensi mereka untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik dan sepanjang hayat.

Tahukah anda bahwa sekitar 20 – 30% anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar membaca?

Pada tingkat-tingkat kelas awal kesulitan itu dirasa sangat memalukan, menekan motivasi dan harga diri mereka.Anak- anak yang menghadapi resiko paling besar akibat kesulitan membaca adalah anak-anak yang di rumah tidak dibacakan buku oleh orangtuanya.

Perihal kontroversi tentang larangan membaca untuk anak usia dini, jawaban lengkapnya bisa dilihat di: belajarmembaca.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar